Minggu, 29 September 2013

UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DRAMA




A.  Definisi Drama
Drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi", "perbuatan". Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.Di Indonesia, pertunjukan sejenis drama mempunyai istilah yang bermacam-macam. Seperti: Wayang orang, ketoprak, ludruk (di Jawa Tengah dan Jawa Timur), lenong (Betawi),randai (minang), reog (Jawa Barat), rangda (Bali) dan sebagainya.
Sebuah karya sastra yang bercerita terbagi atas dua; tutur dan tulis. Jika cerita-cerita prosa seperti legenda dan dongeng lahir dari sastra tutur kemudian dituliskan, drama adalahkebalikannya, yakni dituliskan dahulu, beru kemudian dituturkan/diperankan. Drama dipertontonkan guna mencapai estetik implementasi. Artinya, ia harus diawali dari tulisan,kemudian diceritakan melalui penggunaan medium seni yang disebut dengan panggung.Cerita drama yang sudah dipanggungkan disebut dengan teater.
Oleh karena itu, pembicaraan drama kerap dikaitkan dengan teater. Tak ayal, terkadang orang menyebut drama sebagaiteater dan sebaliknya, teater dikatakan dengan drama. Sejatinya, kedua hal ini tetap berbeda.Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini.Drama Teater naskah 
Pertunjukan penokohan tokoh/ actor teks Interteks/Pementasan dari teksPenulis sutradaraDari tabel di atas jelas bahwa dikatakan dia sebagai drama karena masih berupanaskah (di atas kertas). Artinya, drama adalah naskah yang akan dilakonkan.Secara sederhana, drama dapat dibagi menjadi beberapa bentuk. Pembagian secaraumum di bawah ini ditinjau dari cerita dan gaya berceritanya.
 
B.  Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2002). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah drana berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah naskah drama. Unsur yang dimaksud untuk menyebut sebagian saja, misalnya: 1) judul; 2) tema; 3) plot atau alur ; 4) tokoh cerita dan perwatakan; 5) dialog; 6) konflik; dan 7)latar.
1.       Judul
Judul adalah kepala karangan atau nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan isi buku tersebut. Judul suatu karya (buku) drama juga merupakan kunci untuk melihat keseluruhan makna drama. Judul isi karangan selalu berkaitan erat. Drama sebagai karya sastra dan merupakan cabang sini tergolong sebagai karya fiksi. Sugiarta dalam Sudjarwadi (2004) menjelaskan, judul pada karya fiksi bersifat manasuka, dapat diambil dari nama salah satu tempat atau tokoh dalam cerita, dengan syarat sebaiknya melambangkan isi cerita untuk menarik perhatian.
Judul karangan seringkali berfungsi menunjukan unsur-unsur tertentu dari karya sastra, misalnya :
  1.  Dapat menunjukan tokoh utama
  2.  Dapat menunjukan alur atau waktu
  3.  Dapat menunjukan objek yang dikemukakan dalam suatu cerita
  4.  Dapat mengidentifikasi keadaan atau suasana cerita
  5.  Dapat mengandung beberapa pengertian
2.       Tema
Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya  Tema dikembangkan dan ditulis pengarang dengan bahasa yang indah sehingga menghasilkan karya sastra atau drama. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik.
Jika dikaitkan dengan dunia pengarang, tema adalah pokok pikiran didalam dunia pengarang. Setiap karya sastra (fiksi) telah mengandung atau menawarkan tema. Tema mengikat pengembangan cerita. Tema juga sebagai premis artinya rumusan inti sari yang merupakan landasan untuk menentukan tujuan dan arah cerita. Menurut Nurgiyantoro (1995), tema dibagi dua, yaitu tema mayor ( tema pokok cerita yang menjadi dasar karya sastra itu) dan tema minor (tema tambahan yang menguatkan tema mayor).
 
3.      Plot atau alur
Menurut Sudjarwadi (2005), plot atau alur dalam drama tidak jauh berbeda dengan plot atau alur dalam prosa fiksi. Dalam drama juga mengenal tahapan plot yang dimulai dari tahapan permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak, tahapan peleraian, dan tahapan akhir. Hanya saja dalam drama plot atau alur itu dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan.
Babak adalah bagian dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai oleh perubahan setting atau latar. Sedangkan adegan merupan babak yang ditandai oleh perubahan jumlah tokoh ataupun perubahan yang dibicarakan.
 
4.      Tokoh cerita dan perwatakan
Tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh cerita dapat berupa manusia, binatang, makhluk lain seperti malaikat, dewi-dewi, bidadari, setan atau iblis, jin, setan, sikuman, roh, dan benda-benda yang diinsankan. Tokoh dalam karya sastra memiliki perwatakan. Adanya watak yang berbeda-beda menyebabkan timbulnya peristiwa atau konflik yang membuat cerita semakin menarik. Berdasarkan segi peran atau tingkat pentingnya tokoh dalam suatu cerita dibedakan menjadi dua bagian. Yaitu central character (tokoh utama) dan peripheral character (tokoh tambahan). Ada dua macam tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penderitaannya dalam suatu karya sastra (drama).
Ada tiga kriteria untuk menentukan tokoh utama, yaitu :
  1. Mencari tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
  2. Mencari tokoh yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan
  3. Melihat intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita (tema)
Berdasarkan fungsinya dalam drama, tokoh cerita ada empat macam, yaitu tokoh protagonis, antagonis, tritagonis, dan peran pembantu. Ada pula pendapat lain, bahwa ada tiga macam tokoh cerita, yaitu tokoh utama, tokoh pendamping, dan tokoh tambahan. Berdasarkan wataknya, tokoh cerita dibedakan menjadi dau jenis, yaitu flat character (tidak mengalami perubahan) dan round character (mengalami perubahan).
 
5.      Teknik Dialog
Teknik dialog sangat penting di dalam drama. Dialog merupakan ciri khas suatu karya drama. Adanya teknik dialog secara visual membedakan karya drama dengan yang lain, yaitu puisi dan prosa. Dialog ada juga di dalam puisi dan prosa, tetapi tidak semutlak di dalam drama. Dialog di dalam drama tidak boleh diabaikan karena pada dasarnya drama merupakan dialog para tokoh cerita. Dialog adalah percakapan tokoh cerita. Dalam struktur lakon, dialog dapat ditinjau dari segi estetis dan segi teknis. Dari segi estetis, dialog merupakan faktor literer dan filosofis yang mempengaruhi struktur keindahan lakon. Dari segi teknis, dialog biasanya diberi catatan pengucapan yang ditulis dalam tanda kurung. Dialog melancarkan cerita atau lakon. Dialog mencerminkan pikiran tokoh cerita. Dialog mengungkapkan watak para tokoh cerita. Dialog merupakan hubungan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog berfungsi menghubungkan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog juga berfungsi menggerakan cerita dan melihat watak atau kepribadian tokoh cerita.
Ada dua macam tenik dialog, yaitu monolog dan konversi (percakapan). Ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog dan epilog. Prolog berarti pembukaan atau peristiwa pendahuluan yang diucapakan pemeran utama dalam sandiwara. Epilog berarti bagian penutup pada karya drama untuk menyampaikan atau menafsirkan maksud karya drama tersebut.

6.       Konflik
Konflik adalah pertentangan. Tokoh cerita dapat mengalami konflik, baik konflik dengan diri sendiri, dengan orang / pihak lain, maupun dengan lingkungan alam. Seperti halnya biasa, tokoh cerita dalam drama juga mengalami konflik. Konflik dapat membentuk rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan kausalitet. Konflik di dalam karya drama dapat menimbulkan atau menambah nilai estetik. Tanpa konflik antar tokoh cerita, suatu karya drama terasa monoton, akibatnya pembaca atau penonton drama menjadi bosan.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa konflik dibagi menjadi dua bagian, yaitu konflik eksternal dan internal. Ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa konflik ada tiga macam, yaitu konflik mental (batin), konflik sosial, dan konflik fisik. Konflik mental (batin) adalah konflik atau pertentangan antara seseorang dengan batin atau wataknya. Konflik sosial adalah konflik antara seseorang dengan masyarakatnya, atau dengan orang / pihak lain. Konflik fisik adalah konflik antara seseorang dengan kekuatan diluar dirinya, misalnya dengan alam yang ganas, cuaca buruk, lingkungan yang kumuh, pergaulan yang salah. Konflik merupakan kunci untuk menemukan alur cerita. Dengan adanya konflik, maka cerita dapat berlangsung. Konflik berkaitan dengan unsure intriksik yang lain, seperti tokoh, tema latar, dan tipe drama. Konflik dapat menggambarkan adanya tipe drama.
 
7.       Latar
Latar merupakan unsur struktural yang sangat penting. Latar di dalam lakon atau crita drama harus mendukung para tokoh cerita dan tindakannya. Pengarang tentu membuat latar membuat latar yang tepat demi keberj\hasilan dan keindahan struktur drama. Penggunaan latar yang berhasil juga menentukan keberhasilan suatu karya drama. Penyaji latar yang tepat dapat menciptakan warna kedaerahan yang kuat sehingga dapat menghidupkan carita. Latar adalah lingkungan tempat berlangsungnya peristiwa yang dapat dilihat, termasuk di dalamnya aspek waktu, iklim, dan periode sejarah. Latar mendukung dan menguatkan tindakan tokoh-tokoh cerita. Latar memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995).
Fungsi latar yaitu:
1.    menggambarkan situasi
2.    proyeksi keadaan batin para tokoh cerita
3.    menjadi metafor keadaan emosional dan spiritual tokoh cerita
4.    menciptakan suasana
Unsur-unsur latar yaitu:
  1. letak geografis
  2. kedudukan / pekerjaan sehari-hari tokoh cerita
  3. waktu terjadinya peristiwa
  4. lingkungan tokoh cerita
Aspek latar berdasarkan fungsinya mencakup:
  1. tempat terjadinya peristiwa
  2. lingkungan kehidupan
  3. sistem kehidupan
  4. alat-alat atau benda-benda
  5. waktu terjadinya peristiwa

8.       Amanat
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 67) amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak para penonton dramanya.
Harimurti Kridalaksana (183) berpendapat amanat merupakan keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas atau ditujunya.
Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.
9.      Bahasa
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 68), bahasa yang digunakan dalam drama sengaja dipilih pengarang dengan titik berat fungsinya sebagai sarana komunikasi.
Setiap penulis drama mempunyai gaya sendiri dalam mengolah kosa kata sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain berkaitan dengan pemilihan kosa kata, bahasa juga berkaitan dengan pemilihan gaya bahasa (style).
Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan kesehatian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budyaa, dan pendidikan.
Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan yang ada dalam tata bahasa baku.
C. Unsur Ekstrinsik
Menurut  Tjahyono (1985), unsur ekstrinsik karya sastra adalah hal-hal yang berada di luar struktur karya sastra, namun amat mempengaruhi karya sastra tersebut. Misalnya faktor-faktor sosial politik saat karya tersebut diciptakan, faktor ekonomi, faktor latar belakang kehidupan pengarang, dan sebagainya. Mengutip pernyataan Wellek dan Warren, Tjahyono menjelaskan pengkajian terhadap unsur ekstrinsik karya sastra mencakup empat hal. Salah satunya adalah mengkaji hubungan sastra dengan aspek-aspek politik, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Bahwa situasi sosial politik ataupun realita budaya tertentu akan sangat berpengaruh terhadap karya sastra tersebut.
Unsur yang membangun karya sastra berdasarkan pendekatan struktural meliputi unsur intrinsik dan ekstrinsik. Pembahasan kali ini akan dikhususkan pada unsur ekstrinsik karya sastra, khususnya prosa.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih spesifik dapat dikatakan bahwa unsur ekstrinsik berperan sebagai unsur yang mempengaruhi bagun sebuah cerita. Oleh karena itu, unsur esktrinsik karya sastra harus tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.
Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur. Menurut Wellek & Warren (1956), bagian yang termasuk unsur ekstrinsik tersebut adalah sebagai berikut:
  •    Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya. 
  •    Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca, maupun penerapan prinsip psikologis dalam karya. 
  •      Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik. 
  •      Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya. 
  •  Latar belakang kehidupan pengarang sebagai bagian dari unsur ekstrinsik sangat mempengaruhi karya sastra. Misalnya, pengarang yang berlatar belakang budaya daerah tertentu, secara disadari atau tidak, akan memasukkan unsur budaya tersebut ke dalam karya sastra.
Menurut Malinowski, yang termasuk unsur budaya adalah bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Unsur-usnru tersebut menjadi pendukung karya sastra. Sebagai contoh, novel Siti Nurbaya sangat kental dengan budaya Minangkabau. Hal ini sesuai dengan latar belakang pengarangnya, Marah Rusli, yang berasal dari daerah Minangkabau. Begitu pula novel Upacara karya Korrie Layun Rampan yang dilatarbelakangi budaya Dayak Kalimantan karena pengarangnya berasal dari daerah Kalimantan.
Begitu pula dalam Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, kita akan menemukan unsur intrinsik berupa nilai-nilai budaya. Terutama, yang berkaitan dengan sistem mata pencaharian, sistem teknologi, religi, dan kesenian. Mata pencaharian yang ditekuni para tokoh dalam novel tersebut sebagai pencari damar dan rotan di hutan. Alat yang digunakan masih tradisional. 
Selain budaya, latar belakang keagamaan atau religiusitas pengarang juga dapat memengaruhi karya sastra. Misalnya, Achdiat Kartamihardja dalam novel Atheis dan Manifesto Khalifatullah, Danarto dalam novel Kubah, atau Habiburahman El-Shirazi dalam Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih.
Latar belakang kehidupan pengarang juga menjadi penting dalam memengaruhi karya sastra. Sastrawan yang hidup di perdesaan akan selalu menggambarkan kehidupan masyarakat desa dengan segala permasalahannya. Misalnya, dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Dengan demikian, unsur ekstrinsik tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan karya sastra. Unsur ekatrinsik memberikan warna dan rasa terhadap karya sastra yang pada akhirnya dapat diinterpretasikan sebagai makna. Unsur-unsur ektrinsik yang mempengaruhi karya dapat juga dijadikan potret realitas objektif pada saat karya tersebut lahir. Sehingga, kita sebagai pembaca dapat memahami keadaan masyarakat dan suasana psikologis pengarang pada saat itu.

TIGA NASEHAT


Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua sehabatnya Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:

“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.” HR. Tirmidzi
Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari.

1- BERTAQWA DIMANA SAJA

Definisi dari kata taqwa dapat dilihat dari percakapan antara sahabat Umar dan Ubay bin Ka’ab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”
Sedang menurut Sayyid Qutub dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri atau halangan dalam kehidupan.
Kalau ada suatu iklan minuman ringan: “Dimana saja dan kapan saja …”, maka nasehat Nabi SAW ini menunjukkan bahwa kita harus bertaqwa dimana saja. Sedang perintah taqwa kapan saja terdapat dalam surat Ali Imron 102:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”
Jadi dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita. Taqwa dimana saja memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang dilakukan harus ekstra keras. Akan sangat mudah ketaqwaan itu diraih ketika kita bersama orang lain, tetapi bila tidak ada orang lain maka maksiyat dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, ketika kita berkumpul di dalam suatu majelis zikir, pikiran dan pandangan kita akan terjaga dengan baik. Tetapi ketika kita berjalan sendirian di suatu tempat perbelanjaan, maka pikiran dan pandangan kita bisa tidak terjaga. Untuk menjaga ketaqwaan kita dimanapun saja, maka perlunya kita menyadari akan pengawasan Allah SWT baik secara langsung maupun melalui malaikat-Nya.

2 KEBAIKAN YANG MENGHAPUSKAN KESALAHAN

Setiap orang selalu melakukan kesalahan. Hari ini mungkin kita sudah melakukan kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Oleh sebab itu, segera setelah kita melaksanakan kesalahan, lakukan kebaikan. Kebaikan tersebut dapat menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan.
Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk menghapusnya adalah dengan bersedekah. Rasulullah SAW bersabda “sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api”. Maka ada orang yang ketika dia sakit maka dia akan memberikan sedekah agar penyakitnya segera sembuh. Hal ini dikarenakan segala penyakit yang kita miliki itu adalah karena kesalahan yang kita pernah lakukan.
Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu dilakukan adalah memohon maaf yang bagi beberapa orang sangat sulit untuk dilakukan. Padahal Rasulullah SAW selalu minta maaf ketika bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi Maktum beliau memeluknya dengan hangat seraya berkata “Inilah orangnya, yang membuat aku ditegur oleh Allah… (QS. Abasa)”. Setelah minta maaf kemudian bawalah sesuatu hadiah atau makanan kepada orang tersebut, maka kesalahan tersebut insya Allah akan dihapuskan.

3- AKHLAQ YANG TERPUJI


Akhlaq terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak memiliki akhlaq tersebut akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaan api neraka. Dari beberapa jenis akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu diperhatikan adalah akhlaq terhadap tetangga.

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)

Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman.” Ada yang bertanya: “Siapa itu Ya Rasulullah?” Jawab Nabi: “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari)
Dari hadits tersebut, peringatan Allah sangat keras sampai diulangi tiga kali yaitu tidak termasuk golongan orang beriman bagi tetangganya yang tidak aman dari gangguannya. Maka terkadang kita perlu instropeksi dengan menanyakan kepada tetangga apakah kita mengganggu mereka.

Wallahua’lam bish showab.

Arti istilah-istilah di biologi

A
  • Adaptasi : Proses penyesuaian diri pada makhluk hidup dengan lingkungan atau dengan cara hidupnya sehingga dapat terus mempertahankan kehadirannya.Aerob : sifat makhluk hidup yang untuk hidupnya membutuhkan oksigen.
  • Aglutinin : Antibodi dalam plasma darah yang dapat menyebabkan penggumpalan sel-sel darah merah yang tipe aglutinogennya berlawanan.
  • Aglutinogen : Antigen sel darah merah yang terdiri atas dua tipe glikoprotein yang dikenal dengan tipe A dan B; dipakai sebagai dasar untuk penggolongan darah pada manusia.
  • Akinet : Sel berdinding tebal yang terdapat pada ganggang biru bersel tunggal.
  • Albumin : Protein serum darah yang berperan memelihara tekanan osmosis darah.
  • Ametabola : Kelompok serangga yang tidak mengalami metamorphosis.
  • Aerob : sifat makhluk hidup yang untuk hidupnya membutuhkan oksigen.
  • Aglutinin : Antibodi dalam plasma darah yang dapat menyebabkan penggumpalan sel-sel darah merah yang tipe aglutinogennya berlawanan.
  • Aglutinogen : Antigen sel darah merah yang terdiri atas dua tipe glikoprotein yang dikenal dengan tipe A dan B; dipakai sebagai dasar untuk penggolongan darah pada manusia.
  • Akinet : Sel berdinding tebal yang terdapat pada ganggang biru bersel tunggal.
  • Albumin : Protein serum darah yang berperan memelihara tekanan osmosis darah.
  • Ametabola : Kelompok serangga yang tidak mengalami metamorphosis.
  • Amonifikasi : Proses pembentukan ammonium yang berasal dari bahan organic karena aktivitas mikroorganisme.
  • Ampula : Bagian ujung dari kaki tabung Achinodermata.
  • Anatomi : Ilmu yang mempelajari struktur sel dan jaringan dalam tubuh makhluk hidup.
  • Anteridium : Alat reproduksi jantan pada jamur Ascomycotyna.
  • Apogami : Perkembangan embrio atau sporofit langsung dari gametofit.
  • Apomiksis : Perkembangbiakan tanpa pembuahan yang meliputi apogamic, apospori, parthenogenesis.
  • Aporogami : Pembuahan yang tabung serbuk sarinya tidak melalui mikrofil.
  • Apotesium : Tubuh buah atau askokarp yang berbentuk piringan terbuka atau seperti cangkir pada jamur Ascomycetes tertentu.
  • Archaebakteria : Kelompok bakteri pengahsil gas metan dari sumber karbon yang sederhana.
  • Arkegonium :Alat reproduksi betina pada Jamur Ascomycotina.
B
  • Bakteri : Jasad-jasad renik bersel tunggal, termasuk golongan prokariotik.
  • Balantidiosis : Gangguan pada perut berupa diare yang disebabkan oleh Balantidium Coli.
  • Basidiokarp : Tubuh buah jamur Basidiomycetes yang mengandung basidium (basidiocarp).
  • Basidium : Sel pengahasil spora yang merupakan ciri khas kelas Basidiomycetes, basidium mempunyai jumlah spora yang pasti (misalnya empat) yang disebut Basidiospora.
  • Biologi : Ilmu yang mempelajari seluk beluk makhluk hidup, hewan, tumbuhan, dan jasad renik, masing-masing dikenal sebagai zoology, botani, dan mikrobiologi.
  • Bioma : Ekosistem darat dalam skala luas yang memiliki tipe struktur vegetasi dominan.
  • Biomassa : Berat kering dari bahan organic yang tersimpam atau berat kering tubuh organic.
  • Bivalvia : Istilah lain untuk Pelecypoda yang berarti dua buah cangkang pipih yang setangkup.
C
  • Cendawan : Istilah umum bagi jenis-jenis Agaricales, yaitu jamur-jamur yang bertubuh lunak, berdaging, dan berbentuk payung terbuka. Beberapa jenis cendawan ada yang bias dimakan (jamur merang) dan ada yang beracun (mushroom, toadstool).
  • Cephaloda : Kelas moluska yang meliputi ikan gurita dan cumi-cumi, kepalanya berkembang sangat sempurna dengan mahkota terdiri atas tentakel-tentakel yang selalu bergerak.
D
  • Dikariotik : Keadaan hifa yang sel-selnya mengandung dua inti sebagai akibat terjadinya plasmogami, tetapi sebelum berlangsungnya kariogami.
  • Diplokokus : Sepasang kokus yang berdempetan.
  • Dorsal : Bagian atas/belakang atau permukaan atas.
E
  • Ekologi : Cabang ilmu pengetahuan tentang hubungan timbal balik anatara makhluk hidup dan lingkungannya; Termasuk didalamnya perkembangan komunitas, interaksi antarjenis dan antarmakhluk, penyebaran geografis, dan perubahan susunan peralihan populasi.
  • Eksospora : Spora aseksual yang terbentuk karena pemisahan bagian ujung sel induk; Proses pemisahan tersebut disebut abstriksi; Dijumpai pada Phycomycetes.
  • Endospora : Lapisan tipis dinding spora yang terletak paling dalam dan umumnya terbentuk paling akhir dalam sporogenesis.
  • Epiteka : Cangkang diatomyang terletak di bagian atas/luar, yang menutup cangkang bawah (dalam).
  • Evolusi : Proses perubahan pada makhluk secara bertahap oleh pengaruh alami sehingga terbentuk organ/bentuk baru yang berbeda dari bentuk semula atau menghasilkan makhluk hidup jenis baru.
F
  • Flagela : Alat perenang berbentuk pecut yang terdapat pada jasad renik dan spora kembara.
  • Fotoautotrof : Sifat makhluk hidup yang menggunakan cahaya sebagai sumber energy dan CO2 sebagai sumber karbon untuk membentuk cadangan makanan.
  • Fungi Imperfecti : Kelompok jamur yang mempunyai bentuk-bentuk berbeda-beda dan yang hidupnya belum diketahui tahap seksualnya; Umumnya dari jenis-jenis Ascomycetes dan kadang-kadang Basidiomycetes.
G
  • Gametangium : Organ tubuh jamur yang didalamnya terbentuk gamet; bila gamet yang dibentuk, seluruh isi gametangium itu berfungsi sebagai gamet.
  • Ganggang : Kelompok tumbuhan sederhana yang bisa berfotosintesis; organ-organ reproduksinya terdiri atas satu sel, tetapi kadang-kadang juga terdiri atas banyak sel dan berbentuk filament; umumnya merupakan tumbuhan air, termasuk gulma laut (sea weeds).
  • Gastrodermis : Sel –sel yang melapisi gastrosol pada Coelenterata.
  • Gastrosol :Rongga tubuh Coelenterata yang berfungsi untuk pencernaan.
  • Gemma cup : Struktur berupa mangkuk kecil yang mengandung kumpulan lumut kecil pada lumut hati, berfungsi untuk reproduksi aseksual.
  • Gemmule : Tunas internal yang dihasilkan menjelang musim dingin di dalam tubuh Porifera yang hidup di air tawar.
H
  • Habitat : Tempat hidup suatu makhluk hidup.
  • Hemolimfa : Sebutan untuk darah pada Atrhropoda.
  • Hermafrodit : Hewan dengan organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium) terdapat pada satu makhluk hidup.
  • Heterokista : Sel berdinding tebal pada beberapa jenis Cyanobacteria berbentuk filament dan berfungsi sebagai temapt pengikatan nitrogen.
  • Heterospora :Tumbuhan yang menghasilkan dua jenis spora yang ukurannya tidak sama.
  • Heterotrof : Organisme yang memperoleh makanannya berupa senyawa organic dari organisme lain.
  • Hipoteka : Dinding sel bagian bawah (bagian kotak) pada diatom.
  • Hifa : Sel memanjang berbentuk benang pada jamur.
  • Hirudin : Zat anti pembekuan darah yang disekresikan oleh lintah dan pacet.
  • Homospora/Isospora : Tumbuhan yang menghasilkan satu jenis spora berukuran sama.
  • Houstoria : Hifa pada jamur yang dapat menembus sel inang.
I
  • Imunisasi : Upaya untuk memperoleh kekebalan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri.
  • Introduksi Spesies :Suatu upaya mendatangkan spesies asing ke suatu wilayah yang telah memiliki spesies local.
J
  • Jaringan : Kumpulan sel-sel yang serupa dan memiliki fungsi yang khusus.
  • Jaring-jaring makanan : Hubungan makan dan dimakan dalam suatu ekosistem yang sangat kompleks, saling berkaitan dan bercabang.
K
  • Kapsid : Selubung protein pada virus.
  • Kapsomer : Molekul protein yang menyusun kapsid.
  • Kapsul : Lapisan diluar dinding sel.
  • Kascing : Sisa pencernaan cacing tanah yang tampak seperti gundukan padapermukaan tanah.
  • Kelisera : Alat sengat pada Arachnoidea, misalnya laba-laba.
  • Kemoautotrof : Organisme yang menggunakan energy kimia untuk mensintetis makanannya.
  • Kista : Bentuk tidak aktif Ptrotozoa tertentu untuk mempertahankan diri dari kondisi yang tidak menguntungkan, seperti kekeringan.
  • Klasifikasi : Pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan diri.
  • Kloroplas : Organel yang mengandung pigmen klorofil untuk fotosintesis.
  • Klorosom : Struktur yang mengandung pigmen klorofil untuk proses fotosintesis yang berada tepat dibawah membran plasma pada bakteri.
  • Knidosit : Sel penyengat yang terdapat pada tentakel Coelenterata.
  • Koanosit : Sel yang melapisi spongosol pada Porifera.
  • Komensalisme : Kehidupan bersama dua spesies, satu spesies diuntungkan sedangkan spesies lain tidak diuntungkan, juga tidak dirugikan.
  • Kompetisi interspesifik : Kompetisi antar populasi pada suatu wilayah yang memiliki kebutuhan hidup yang sama.
  • Kompetisi intraspesifik : Interaksi kompetisi antar individu dalam populasi.
  • Komunitas : Populasi-populasi dari berbagai jenis organism yang berinteraksi pada suatu tempat tertentu.
  • Konidiofor : Hifa generative pendukung konidia.
  • Konidiospora : Spora aseksual yang dihasilkan di ujung konidiofor pada Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.
  • Konjugasi bakteri : Perpindahan materi genetic melalui kontak langsung berupa jembatan antara dua sel bakteri.
  • Konsumen : Organisme yang tidak mampu menyusun senyawa organic atau membuat makanannya sendiri.
  • Kormus : Tumbuhan yang memiliki akar, batang, dan daun sejati.
  • Kunci dikotom : Kunci identifikasi yang beraturan berdasarkan dua alternative (biner).
L
  • Laminarin : Cadangan makanan pada ganggang cokelat.
  • Lentera Aristoteles : Alat pemakan yang khas pada Echinoidea bertubuh bulat, berupa suatu “tembolok” kompleks yang berfungsi untuk menggiling makanan.
  • Leukonoid : Tipe saluran air yang paling rumit dari Porifera.
  • Lichen : Jamur dan ganggang hijau biru atau ganggang hijau yang hidup bersama saling menguntungkan.
  • Lisogenik : Siklus reproduksi virus dengan sel inang yang tidak segera pecah tetapi mengalami masa laten.
  • Litik : Siklus reproduksi virus yang menyebabkan sel inang pecah dengan cepat.
M
  • Mandreporit : Lempengan berpori pada cakram pusat di bagian dorsal tubuh Asteroidea.
  • Makrofil : Daun-daun pada tumbuhan paku yang berukuran relative besar.
  • Medusa : Bentuk seperti paying dari Coelenterata yang dapat berenang.
  • Megaspora : Spora berukuran besar (spora betina).
  • Megasporangium : Sporangium (kotak spora) yang menghasilkan makrospora.
  • Megasporofil : Sporofil yang mengandung megasporangium.
  • Merozoit : Bentuk plasmodium yang menyerang sel darah merah manusia.
  • Mesoderm : Lapisan sel diantara ectoderm dan endoderm.
  • Mesoglea : Lapisan bukan sel, yaitu berupa gelatin yang terdapat diantara ectoderm dan mesoderm.
  • Metagenesis : Pergiliran keturunan antara generasi sporofit dan generasi gametofit.
  • Metamorfosis : Perubahan ukuran dan bentuk tubuh Insecta saat berkembang dari muda menjadi dewasa.
  • Mikoriza : Jamur dan akar tumbuhan tingkat tinggi yang hidup bersama dan saling menguntungkan.
  • Mikrofil : Daun-daun pada tumbuhan paku yang berukuran kecil dan menyerupai sisik.
  • Mikrospora : Spora berukuran kecil (spora jantan).
  • Mikrosporangium : Sporangium yang menghasilkan mikrospora.
  • Miselium : Jalinan hifa.
  • Miradisium : Larva basilica yang keluar dari telur Trematoda.
  • Mutualisme : Kehidupan bersama dua spesies dan saling menguntungkan.
N
  • Nefridia : saluran ekskresi dari Annelida.
  • Nefrostom : Corong bersilia dalam saluran ekskresi Annelida.
  • Nefrotor : Pori pada permukaan tubuh, tempat keluarnya kotoran.
  • Nematokis : Kapsul penyengat pada sel knidosit di tentakel Colenterata.
  • Niche (relung) : Kekhasan fungsi suatu individu atau populasi dalam ekosistem.
  • Nukleoid : darah inti pada sitoplasma organism prokariot.
  • Nukleokapsid : Gabungan antara asam nukleat dan selubung protein pada virus.
O
  • Ookinet : Zigot plasmodium.
  • Oogonium : Alat perkembangbiakan yang menghasilkan gamet betina.
  • Opistosoma : Bagian abdomen pada laba-laba.
  • Oskulum : Lubang keluar pada tubuh porifera.
  • Ostium : Pori-pori pada tubuh porifera.
  • Ovum : Sel kelamin betina.
P
  • Palpus : Sensor yang terdapat pada daerah kepala Polychaeta.
  • Paramilon : Cadangan makanan yang menyerupai zat tepung pada Euglenoid.
  • Parapodia : Alat gerak yang terdapat pada segmen tubuh Polychaeta.
  • Parasit : Organisme yang hidup menumpang pada organism lain dan mengambil makanan dari orgnisme yang ditumpangi (inang).
  • Parasitisme : Kehidupan bersama dua spesies, satu spesies diuntungkan, sementara spesies lain dirugikan.
  • Parazoa : Metazoa yang tidak memiliki jaringan.
  • Partenogenesis : Perkembangan individu tanpa melalui fertilisasi.
  • Pediselaria : Modifikasi bentuk duri seperti catut pada Asteroida.
  • Pelikel : Protein yang membungkus Euglenoid sehingga sel bersifat lentur.
  • Pembelahan biner : cara reproduksi aseksual dengan pembelahan satu sel menjadi dua.
  • Pembuahan (fertilisasi) : Terjadinya persatuan atau perkawinan sel kelamin jantan (spermatozoid) dengan sel kelamin betina (sel telur).
  • Penyerbukan : Menempelnya serbuk sari pada kepala putik.
  • Peptidoglikan : Gabungan protein dan polisakarida yang menyusun dinding sel Eubacteria.
  • Peristomium : Segmen pertama pada Polychaeta yang mengelilingi mulut.
  • Pilus : Rambut halus yang menonjol dari dinding sel bakteri yang berfungsi sebagai penghubung saat bakteri melakukan konjugasi dan sebagai pelekat antar-sel bakteri.
  • Pinakosit : Sel-sel pada lapisan luar tubuh Porifera.
  • Pinula : Cabang-cabang kecil dari lengan Crinoidea.
  • Piramida biomassa : Tingkatan trofik yang menunjukkan berat kering dari seluruh organisme di tingkat trofik tersebut pada suatu waktu.
  • Piramida ekologi : Struktur trofik suatu ekosistem.
  • Piramida energy : Tingkatan trofik yang menunjukkan energy dari seluruh organism di tingkat trofik tertentu pada suatu waktu.
  • Piramida jumlah : Jumlah individu pada setiap tingkat trofik.
  • Pirenoid : Struktur pada kloroplas ganggang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan.
  • Planula : Larva basilica dari Coelenterata.
  • Plasmid : DNA ekstra kromosom pada sel bakteri yang dapat menggabungkan atau memisahkan diri dengan kromosom.
  • Plasma nutfah : Sifat pada hewan dan tumbuhan yang diwariskan.
  • Polutan : Makhluk hidup, zat, energy, atau komponen penyebab pencemaran.
  • Populasi : Kumpulan individu dari organisme sejenis yang hidup dan berkembang biak pada suatu tempat tertentu.
  • Polip : Bentuk Coelenterata yang seperti vas bunga dan tidak dapat berpindah tempat.
  • Predator : Organisme yang memakan organisme lain.
  • Produktivitas ekosistem : Pemasukan dan penyimpanan energy dalam suatu ekosistem.
  • Produktivitas primer : Kecepatan mengubah energy cahaya matahari menjadi energy kimia dalam bentuk bahan organic, yang dilakukan oleh orgaisme autotrof.
  • Produktivitas sekunder : Kecepatan energy kimia mengubah bahan organic menjadi simpanan energy kimia baru, oleh organism heterotrof.
  • Produsen : Organisme yang menyusun senyawa organik atau membuat makanan sendiri dengan bantuan cahaya matahari.
  • Proglotid : Bagian tubuh cacing pita yang masing-masing mengandung system organ termasuk organ reproduksi yang bersifat hermafrodit.
  • Prokariot : Organisme hidup yang tidak memiliki membrane inti.
  • Prostomium : Darah kepala pada Polychaeta.
  • Protalus (protalium) : Gametofit berbentuk hati pada tumbuhan paku.
  • Protonefridia : Saluran ekskresi pada Turbellaria.
  • Protonema : Rangkaian sel berbentuk benang hasil dari perkecambahan spora pada lumut.
  • Pseudoselomata : Rongga tubuh semu.
  • Pseudohifa : Hifa semu pada reproduksi aseksual Ascomycota.
R
  • Radula : Lidah bergerigi yang melengkung ke belakang, terdapat pada Mollusca.
  • Rantai makanan : Jalur makanan dan dimakan dari organisme pada suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya membentuk urutan dan arah tertentu.
  • Regenerasi : Kemampuan menumbuhkan bagian tubuh yang lepas atau terpisah menjadi individu baru yang lengkap.
  • Redia : Larva Trematoda dalam tubuh siput yang merupakan pertumbuhan lanjutan dari sporokis.
  • Red tide : Air laut di pinggiran pantai yang berwarna merah kecoklatan akibat melimpahnya ganggang api pada musim tertentu.
  • Ribosom : Organel yang terdapat pada sitoplasma dan berfungsi dalam sintesis protein.
  • Rizoid : Filamen seperti akar.
  • Rizom : Batang yang tumbuh menjalar di bawah tanah.
  • Rostelum : Alat pengait pada Cestoda.
S
  • Saprofit : Organisme yang memperoleh makanan dari sisa-sisa organism atau produk organism lain.
  • Senositik : Sel atau hifa yang banyak mengandung inti.
  • Sel api : Sel dari system ekskresi pada Turbellaria.
  • Selom : Rongga tubuh pada metazoa.
  • Selomata : Hewan ayng memiliki rongga tubuh.
  • Septa : Sekat antar-hifa.
  • Serkaria : Larva basilia Trematoda yang keluar dari tubuh siput dan merupakan pertumbuhan lanjutan dari redia.
  • Sesil : Keadaan tidak berpindah tempat.
  • Seta : Rambut kaku pada parapodia Polychaeta atau permukaan tubuh Oligochaeta.
  • Sikonoid : Hidup bersama antara dua jenis organisme yang berbeda.
  • Silia : Rambut getar yang berfungsi sebagai alat gerak.
  • Simbiosis : Hidup bersama antara dua jenis organisme yang berbeda.
  • Sistem ambulakral : Sistem saluran air dalam rongga tubuh Echinodermata, yang berfungsi untuk mengatur pergerakan kaki ambulakral.
  • Sistem rangka hidrostatik : Bentuk tubuh (misalnya pada lintah) yang dipertahankan oleh tekanan dari cairan di dalam tubuhnya.
  • Sistem saraf tangga tali : Sistem saraf yang terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dan dua tali saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga tali.
  • Sitostoma : Mulut sel pada Paramaecium.
  • Skoleks : Bagian kepala dari Cestoda.
  • Soliter : Hidup sendiri.
  • Sporus : Kumpulan sporangium yang terdapat pada sporofil.
  • Spermatozoid : Sel kelamin jantan.
  • Spesies pionir : Organisme pertama yang mengkoloni daerah suksesi.
  • Spigot : Lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau kelenjar benang abdomen pada Arachnoidea.
  • Spikula : Alat berbentuk kait pada cacing jantan yang berfungsi untuk membuka pori kelamin cacing betina dan memindahkan sperma sat kawin.
  • Spirakel : Lubang respirasi pada Arthropoda.
  • Spongosol : Rongga tubuh pada Porifera.
  • Sporangiofor : Hifa yang tumbuh menjulang yang berfungsi mendukung sporangium.
  • Sporangiospora : Spora aseksual yang dihasilkan dalam sporangium.
  • Sporangium : Kotak spora yang menghasilkan spora.
  • Sporofil : Daun tumbuhan paku yang menghasilkan spora.
  • Sporofit : Generasi tumbuhan yang menghasilkan spora.
  • Sporongonium : Sporofit yang memiliki sporangium.
  • Sporozoit : Bentuk Plasmodium yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
  • Stolon : Hifa yang tumbuh mendatar di atas substrat.
  • Sterigma : Tonjolan pada ujung basidium.
  • Stratosfer : Lapisan atmosfer yang memiliki lapisan ozon.
  • Strobilasi : Pelepasan Proglotid dari tubuh inang utama.
  • Strobilus : Kumpulan sprorofil yang membentuk struktur kerucut pada ujung tunas fertile tumbuhan paku, dan juga istilah untuk bagian leher pada Cestoda.
  • Struktur trofik : Peristiwa makan dan dimakan antar-organisme dalam suatu ekosistem, yang terdiri dari tingkat-tingkat trofik.
  • Suksesi : Perubahan secara bertahap pada struktur komunitas.
T
  • Takson : Tingkatan dalam suatu system klasifikasi.
  • Taksonomi : Cabang biologi yang mempelajariklasifikasi makhluk hidup.
  • Tentakel : Lengan yang berfungsi untuk menangkap mangsa yang terdapat di sekitar mulut Coelenterata.
  • Thallophyta : Tumbuhan yang belum dapat dibedakan antara bagian akar, batang dan daun.
  • Tingkat trofik : Kumpulan berbagai organism dengan sumber makanan tertentu.
  • Transpirasi : Penguapan air yang terjadi pada tumbuhan.
  • Tropofil : Daun tumbuhan paku yang tidak menghasilkan spora.
  • Transduksi : Pemindahan materi genetiksatu sel bakteri ke bakteri lainnya dengan perantar organism lain,yaitu bakteriofage (virus bakteri).
  • Transformasi : Masuknya DNA telanjang ke dalam sel dan mengubah sifat sel.
  • Trikogin : Saluran penghubung antara anteridium dan askogonium.
  • Trikokis : Alat pada Ciliata yang berfungsi untuk pertahanan diri dari musuh.
  • Triplobastik : Hewan yang memiliki tiga lapisan lembaga yaitu ectoderm, endoderm dan mesoderm.
  • Tundra alpin : Tundra yang berada di puncak gunung.
  • Tundra arktik : Tundra yang berada di daerah kutub.
V
  • Vaksin : Suatu zat yang mengandung mikroorganisme yang dilemahkan dengan tujuan merangsang pembentukan zat kekebalan di dalam tubuh penerima vaksin.
  • Vakuola kontraktif : Vakuola yang berfungsi untuk mengeluarkan cairan.
  • Vakuola makanan : Vakuola yang berfungsi untuk mencerna makanan.
  • Varietas : Keanekaragaman gen dalam satu jenis makhluk hidupyang menimbulkan variasi.
X
  • Xilem : Jaringan pembuluh yang mengangkut air dan mineral dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan.
Z
  • Zigospora : Spora seksual pada Zygomycota dan juga digunakan sebagi istilah untuk spora yang dibentuk oleh zigot pada ganggang.
  • Zoospora : Spora berflagel (spora kembara) yang dapat bergerak.

Rumus Phytagoras

Rumus Phytagoras


 
 
 
 
Rumus phytagoras merupakan rumus yang berhubungan dengan sisi - sisi pada sebuah segitiga siku - siku. Sebuah segitiga yang memiliki 2 sisi yang bertemu secara tegak lurus dan memiliki sudut 90 derajat. Berikut ini adalah bentuk dari segitiga siku - siku:
 
 
 
Pada gambar tersebut bisa dilihat bahwa antara alas dan tinggi saling tegak lurus. Sisi siku - siku pada segitiga tersebut adalah a dan b. Sedangkan c adalah panjang sisi miring. Dengan kata lain, sisi miring adalah sisi yang berada di depan sudut siku - siku.
 
Sedangkan rumus phytagoras adalah sebagai berikut:
 
KUADRAT SISI MIRING = JUMLAH KUADRAT SISI SIKU - SIKUNYA
 
Berdasarkan gambar segitiga diatas, rumus phytagoras dapat dirumuskan sebagai berikut:
 
c² = b² + a² 
 
Selain menggunakan rumus diatas, kita juga bisa menggunakan rumus turunan dari rumus phytagoras, yaitu:
 
c = √b² + a²
 
 
Sekali lagi, rumus phytagoras hanya berlaku pada segitiga siku - siku dan tidak bisa diaplikasikan pada jenis segitiga yang lainnya. Rumus phytagoras ini juga bisa diaplikasikan pada ilmu Fisika dimana rumus phytagoras digunakan untuk menghitung besarnya kecepatan sebuah benda yang dilihat dari resultan gerakan benda tersebut dimana gerakan benda itu digambarkan pada sebuah kurva.

Sejarah Komputer Dan Perkembangannya

SEJARAH KOMPUTER

Sebelum adanya beberapa alat elektronik canggih seperti laptop dan iPad, dulu kita menggunakan komputer untuk alat mengetik, alat berhitung dan melakukan pekerjaan lainnya. Seiring berkembangnya waktu dan semakin canggih dunia elektronik, komputer pun sudah semakin berkembang mulai dari design hingga kemampuannya. Padahal dulunya digunakan sebagai alat hitung untuk membantu penghitungan angka-angkat sebelum akhirnya menjadi perangkat multifungsi seperti saat ini.
Sejak dahulu manusia memang membutuhkan alat bantu hitung. Mulai dari perbintangan, perdagangan atau pekerjaan lainnya sangat membutuhkan alat bantu hitung. Dan menurut para ahli sejarah, alat hitung yang pertama dibuat oleh manusia adalah Abacus atau Sipoa oleh bangsa China sekitar 25 ribu tahun yang lalu. Hingga saat ini sipoa masih digunakan, sedangkan bangsa peru dan inca menggunakan quipus yang berupa tali simpul dan tiap simbulnya melambangkan bilangan tertentu. Lalu setelah tahun 1642 di Perancis, Blair Pascal menciptakan sebuah mesin hitung yang hanya dapat diguankan untuk operasi hitung penjumlahan saja yang disebut Adding Machine, yang kemudian disempurnakan untuk melakukan operasi matematik yang lainnya pada tahun 1673 oleh Von Leibnitz.
Kemudian muncullah era komputer elektronik sejak ditemukannya listrik oleh M. Faraday, sehingga berkembang alat-alat yang menggunakan tenaga listrik termasuk komputer. Rancangan komputer elektronik pertama kali diciptakan oleh John Atanasoff dari AS pada tahun 1942 dan terus berkembang hingga saat ini.
Era perkembangan komputer dapat dibagi menjadi beberapa periode, yakni:
Komputer Generasi Pertama (1946-1959)
  • Menggunakan lampu tabung sebagai komponen utama
  • Ukuran per unit komputer masih sangat berat dan besar
  • Cepat panas sehingga membutuhkan alat pendingin yang banyak
  • Boros listrik
  • Proses relatif masih lambat
  • Ketepatan hasil proses masih rendah
  • Kapasitas data masih kecil
Komputer Generasi Kedua (1959-1965)
Komponen utama penyusun komputer adalah transistor yang lebih unggul segalanya dibanding tabung hampa namun harga jual murah, serta kelemahan pada generasi pertama dapat diperbaiki.

Komputer Generasi Ketiga (1965-1970)
Fungsi transistor digantikan dengan IC (Integrated Circuits) atau rangkaian terpadu. Dari sekeping IC itu sendiri dapat menggantikan beberapa transistor, diode dan resistor sekaligus, sehingga dapat berkinerja lebih baik hasilnya daripada generasi sebelumnya. Meski ukuran lebih kecil, namun kecepatannya makin tinggi, kapasitas lebih besar dan memungkinkan untuk berkomunikasi antar komputer.

Komputer Generasi Keempat (1970- )
Komponen utama komputer sudah menggunakan VLSI (Very Large Scale IC) yaitu IC yang kemampuannya ditingkatkan hingga ratusan bahkan ribuan kali dengan ukuran fisik yang semakin kecil.

Komputer Generasi Kelima
Saat ini para pakar komputer merancang dan memikirkan bagaimana membuat komputer dengan komponen utama, yakni AI (Artificial Intelligence) atau kepandaian buatan, sehingga dapat menentukan sikap sendiri jika akan menerima data, serta hendak diapakan data itu adalah atas inisiatif sendiri dan terus berkembang hingga saat ini.